.png)
Sejarah Media Monitoring
Saat ini, media monitoring menjadi kegiatan bermanfaat yang bisa membantu para pemimpin untuk mengambil keputusan lebih baik lagi. Dalam praktiknya, sebenarnya media monitoring sudah ada sejak lama dengan sumber informasi, metode serta alat yang berbeda sesuai masanya.
Inti dari praktik ini adalah memahami bagaimana media memberitakan suatu hal dan seperti apa respons publik. Artikel ini akan membahas tentang sejarah media monitoring secara sederhana.
Era Kliping Koran
Media monitoring pertama kali muncul pada sekitar tahun 1800-an atau akhir abad ke-19. Pada masa itu, media monitoring sangat sederhana dan dilakukan secara manual. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca koran untuk mencari artikel yang menyebutkan nama perusahaan, produk, atau pesaing.
Artikel yang relevan kemudian akan disimpan dan dianalisis lebih lanjut. Metode ini sangat memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan manusia. Informasi yang didapat juga terbatas pada media cetak yang dibaca dan tidak dapat mencakup semua publikasi yang ada.
Era Radio dan Televisi
Pada pertengahan abad ke-20, kemunculan radio dan televisi membuat kegiatan media monitoring menjadi semakin kompleks. Media elektronik ini memperluas jangkauan informasi dan membuat perusahaan harus memantau lebih dari sekadar media cetak.
Teknologi baru memungkinkan perusahaan untuk mengambil informasi dari siaran radio dan televisi. Dalam memantau radio dan televisi, biasanya para pekerja mencatat apa yang relevan dan kemudian mengarsipkannya.
Selama periode ini, media monitoring masih bersifat manual, tetapi lebih sistematis dengan adanya alat perekam audio dan video. Pekerjaan tetap memerlukan tenaga kerja yang besar, tetapi perusahaan sudah mulai mengembangkan sistem untuk mengelola informasi yang dikumpulkan.
Era Internet dan Media Sosial
Pemantauan media menjadi lebih mudah dengan adanya internet dan media sosial. Internet memudahkan akses yang lebih mudah dan cepat terhadap informasi. Media sosial juga membantu publik untuk menyampaikan pendapat secara langsung tentang sebuah brand.
Dengan munculnya internet, media monitoring mulai menggunakan alat-alat digital untuk melacak sebutan online secara otomatis. Perusahaan tidak lagi terbatas pada media cetak, radio, atau televisi.
Namun, media monitoring era ini juga banyak memantau situs berita online, blog, forum, dan media sosial. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara real-time sehingga memberikan wawasan yang lebih cepat dan akurat.
Selain itu, terdapat banyak tools-tools canggih yang membantu memperkaya pengumpulan insight. Tools yang ada tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga menganalisis sentimen, tren, dan dampak dari sebutan tertentu.
Perusahaan pun dapat lebih cepat tanggap dalam merespons isu-isu yang muncul. Dari sini, mereka bisa mengelola reputasi dan berkomunikasi dengan pelanggan secara langsung.
Era Kecerdasan Buatan
Tidak berhenti sampai di internet dan media sosial, media monitoring terus berkembang dengan integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan analitik lanjutan.
AI memungkinkan pengolahan data dalam jumlah besar dengan lebih cepat dan akurat. Perusahaan pun akan mendapatkan wawasan prediktif tentang bagaimana tren media dan sentimen publik dapat berkembang.
Hal ini membantu perusahaan dalam mengantisipasi masalah dan mempersiapkan strategi yang tepat sebelum masalah muncul.
Itulah penjelasan singkat mengenai sejarah media monitoring. Kesimpulannya, dari awal kemunculannya, media monitoring membantu perusahaan untuk mendapatkan informasi berharga sebagai acuan pengambilan keputusan.
Saat ini, media monitoring sangat dibutuhkan untuk menjaga reputasi yang dapat berdampak positif bagi bisnis.
Gunakan media monitoring sekarang dengan cara klik di sini!
Find practical guides and expert tips to help you stay ahead in the digital world.
.png)
Sudah banyak perusahaan yang berhasil menunjukkan peningkatan karena menggunakan social media listening secara tepat. Saat ini, social media listening menjadi salah satu alat yang penting bagi bisnis untuk memahami apa yang dikatakan pelanggan tentang merek mereka di platform media sosial.
Namun, banyak yang masih bingung dengan contoh maupun perbedaan antara social media listening dan social media monitoring. Artikel ini akan membantu Anda memberikan penjelasan singkat tentang perbedaan keduanya dan contoh kecilnya.
Perbedaan Social Media Listening dan Social Media Monitoring
Social Media Monitoring: Proses melacak mention atau percakapan yang spesifik tentang merek, produk, atau layanan di media sosial. Kegiatan ini berfokus pada pengumpulan data seperti mention, komentar, atau hashtag yang terkait dengan merek.
Social Media Listening: Tidak hanya memantau mention, tetapi juga menganalisis sentimen, tren, dan pola yang muncul dari percakapan tersebut. Social media listening membantu bisnis mendapatkan wawasan lebih dalam untuk membuat keputusan strategis, sementara social media monitoring lebih fokus pada pelacakan dan pemantauan data.
Social Media Monitoring: Melacak mention dan komentar secara real-time, berfokus pada data.
Social Media Listening: Menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi tren dan pola serta mendapatkan wawasan strategis.
Contoh Social Media Monitoring dan Listening
Salah satu contoh sederhana dari social media listening dan monitoring adalah sebagai berikut. Jika media monitoring menginformasikan bahwa 100 orang menyebutkan produk Anda di X, social media listening akan memberi tahu apa yang mereka rasakan tentang produk itu.
Anda dapat mengetahui apakah ulasan mereka positif atau negatif, dan bagaimana tren ini berkembang dari waktu ke waktu.
Contoh studi kasus yang bisa diambil dalam hal ini adalah restoran atau bisnis kuliner. Misalnya, ada bisnis yang memutuskan untuk menggunakan social media listening untuk menggali wawasan dari percakapan pelanggan di media sosial.
Restoran ini ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana orang berbicara tentang restoran mereka, kualitas makanan, layanan, dan suasana restoran di media sosial seperti Instagram, X, hingga Facebook.
Pihak restoran bisa memulai dengan mengidentifikasi kata kunci dan hashtag yang paling sering digunakan oleh pelanggan mereka.
Mereka dapat menggunakan alat social media listening untuk melacak sebutan dan percakapan tentang restoran di berbagai platform media sosial, tidak hanya mention langsung tetapi juga ulasan dan percakapan tak langsung yang menyebutkan restoran mereka.
Kemudian, setelah mengumpulkan data, restoran ini bisa memanfaatkan social media listening untuk menganalisis sentimen. Dari sini, didapatkan berbagai macam pola menarik, seperti ada pelanggan yang memuji rasa makanan tertentu dan memahami apa saja yang dikeluhkan oleh mereka.
Dengan wawasan yang diperoleh dari social media listening, restoran tersebut dapat melakukan beberapa tindakan strategis:
- Memperbaiki Layanan Pelanggan: Mereka segera mengadakan pelatihan untuk para staf serta menambah staf pada jam-jam sibuk untuk memastikan bahwa layanan lebih cepat dan efisien.
- Menambah Menu Favorit: Berdasarkan permintaan konsumen yang mereka temukan dari social media listening, restoran ini bisa memutuskan untuk menambahkan beberapa hidangan yang menjadi favorit pelanggan
- Meningkatkan Pengalaman Visual di Instagram: Karena banyak pelanggan berbagi foto makanan di Instagram, restoran mulai membuat presentasi makanan yang lebih menarik dan estetis.
- Mereka juga membuat spot "Instagrammable" di dalam restoran untuk mendorong lebih banyak pelanggan membagikan pengalaman bersantap mereka secara visual.
Hasil Social Media Listening
Hasilnya, setelah menerapkan langkah-langkah ini, restoran tersebut dapat melihat peningkatan yang signifikan dalam ulasan positif di media sosial.
Banyak pelanggan memuji peningkatan dalam kecepatan layanan dan berbagai aspek lainnya. Itu hanya satu dari banyaknya contoh dari penggunaan social media listening yang bermanfaat bagi bisnis.
Apakah Anda ingin mencoba menggunakan social media listening? Klik di sini sekarang!